” Karena sekeras apapun aku
berpikir tentangmu-hanya ada satu hal yang bisa kupahami bahwa kaulah
hal terindah yang pernah kumiliki dalam hidup ini” agnesdavonar
diangkat dari sebuah kisah nyata cinta seorang pria dengan PSK
(info : penulis diminta sendiri loh sama narasumber, jadi kalau di kaskus ada yang sama kisahnya ya karena sumbernya sama tapi untuk kepentingan naskah agar mudah dicerna penulis mengubah sedikit saja , selama membaca…)
Malam itu, seharusnya bukan jadi malam milik gua. Malam yang
sesungguhnya bukanlah yang gua harapkan. Adit, temen kecil gua. Entah
harus bagaimana gua mengatakan? Tiba-tiba ketika habis pulang dari hang
out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang mungkin baru
dalam hidup gua. Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau daerah yang
sedang gua injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Gua sempat
protes sama Adit, kenapa tiba-tiba ngajak gua ke tempat kayak ginian.
Umur gua kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi seumur-umur
hidup gua.
Gua gak bisa ngelarang teman gua untuk menyalurkan apa yang dia
inginkan walaupun harus dengan cara seperti ini. yang terbaik buat gua
adalah tidak ikut dalam permainan dia. Akhirnya kita berdua memarkirkan
motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang berdiri sambil
menggoda. Adit masuk, dan gua memutuskan untuk tunggu di luar. Sesekali
dia nanya ke gua,
“ yakin loe gak mau coba? Gua bayarin deh!”
“ ogah, gua masih tahan iman, loe aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi, disangka gua lagi yang mau!”
“ iya-iya, anteng aja loe disana.. “
Dengan wajah cemburut dan tatapan beberapa perempuan gua seperti
orang bego yang nunggu diluar sambil megangan helm gua. Adit uda memilih
cewek yang harus jadi teman dia malam itu. Gua menunggu di luar dan
tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar sambil menghisap
rokok. Dia ngeliat gua, lalu menawarkan rokok kepada gua.
“ Enggak makasih, gua gak ngerokok “ kata gua menolak dengna harus.
“ Hah, jaman gini masih ada yang gak ngerokok.. aneh..” Tanya cewek itu dan gua hanya senyum-senyum.
Dia duduk disebelah gua, menatap mata gua dengan tajam sambil sesekali membuang asap rokok ke langit-langit atap.